![]() |
Gubernur Banten, Rano Karno |
SERANG - Tak lama lagi,
Pemprov Banten memiliki bank sendiri. Hasil fit and proper test di Otoritas
Jasa Keuangan (OJK), Pemprov Banten dinyatakan lulus mendapatkan izin akuisisi
(pembelian) bank, untuk mendirikan Bank Pembangunan Daerah (BPD) Banten atau lebih
dikenal dengan sebutan Bank Banten.Gubernur Banten Rano Karno menarget pada
2016 ini Bank Banten sudah bisa beroperasi.
Dengan demikian, maka kas
daerah (kasda) serta gaji pegawai Pemprov Banten dan seluruh pemerintah
kabupaten/kota se-Banten akan dipindah ke dari Bank bjb ke Bank
Banten."Kapan mau dipindah, itu gubernur punya kuasa (kewenangan-red).
Tapi, perpindahan itu tidak secara langsung. Pertama dimulai kas daerah dulu,
gaji pegawai, baru yang lainnya. Tapi tidak harus sekarang, karena kas daerah
itu diawali tahun depan," ujar Rano Karno, kemarin.
Menurut Rano, Pemprov
Banten melalui PT Banten global Development (BGD) sudah boleh melakukan proses
bisa akuisisi Bank Pundi menjadi Bank Banten. "Sekarang sudah bisa berubah
nama jadi Bank Banten," katanya.Rano menarget akan melaunching Bank Banten
pada HUT ke-16 Provinsi Banten, pada 4 Oktober 2016.
"Saya inginnya pas
momen HUT Banten launching. Cuma saya kembali lagi bertanya, operasional bank
ini kan tidak bisa berhenti, kalau memang masih terlalu lama, bikin saja soft
opening dulu pada HUT Banten itu.Dan kantor bank harus pindah di Kota Serang,
sebagai ibukota Provinsi Banten, meski pun di Serang sudah ada kantor cabang
pembantu," ujarnya.
Rano bersyukur proses
akuisisi Bank Pundi menjadi Bank Banten berjalan lancar. Apalagi OJK melihat
potensi Banten dan pergerakan ekonomi di Banten yang memang layak memiliki
bank."Saya sempat ditanya OJK, bagaimana komitmen pemprov dengan bank ini.
Saya jawab, dengan adanya bank ini pemprov berusaha membesarkannya berdasarkan
kemampuan. Usaha bank itu kan usaha modal. Tidak mungkin untung besar tanpa
modal besar. Maka jika suatu saat bank ini butuh modal besar, maka pemprov akan
ajukan tambahan modal ke DPRD Banten. Karena dalam perda itu modal dasar BGD
untuk membuat bank itu Rp 1,3 triliun, tapi yang bisa baru Rp 950 miliar,"
jelasnya.
Rano optimistis Bank
Banten bisa berkembang pesat. Sebab, banyak potensi yang bisa digarap untuk
dikembangkan."Jadi tidak dari kas daerah dan gaji pegawai saja. Kita punya
saham di bank bjb dari mulai 2007 sampai 2015 ada Rp 130 miliar. Kemudian kita
punya deviden dari 2007 sampai 2015 ada Rp 300-an miliar. Kita juga ada
depositi Rp 1 triliun, ini juga bisa menjadi modal," tegasnya.
Pemeran "Si Doel
Anak Sekolah" ini menambahkan, Pemprov Banten akan mengembangkan Bank
Banten secara bertahap, dengan kesiapan yang matang. Jika sudah memiliki sistem
operasional yang baik, Pemprov Banten pun akan mengalihkan kerjasama pembayaran
pajak melalui sistem online, yang saat ini dikerjasamakan dengan Bank bjb ke
Bank Banten.
"Samsat kita kan
bekerjasama karena ada sistem. Maka saya bicara dengan Pak Asmudji (komisaris
BGD-red) agar Bank Banten punya sistem. Ya gimana kan nanti kebutuhan ATM dan
lainnya, Bank Banten sudah ada belum," tegasnya.
Namun, lanjut Rano,
pengalihan kas daerah harus dipikirkan matang karena menyangkut adanya SK
gubernur untuk membuka kas daerah."Itu kemarin sempat saya bicarakan
dengan sekda dan yang lainnya. Saat APBD Banten 2017 nanti disahkan, biasanya
ada SK gubernur untuk membuka kas daerah. Dulu di bank bjb, sekarang harus ke
Bank Banten. Persoalannya, saat ABPD disahkan, masa jabatan saya berakhir pada
Januari 2017, lantas nanti siapa yang akan mengeluarkan SK. Ini juga harus
dihitung.
Kalau di perubahan APBD
kan oke lah di Oktober. Nah kalau APBD murni biasanya di Februari baru ada SK
kasda. Jadi, pengalihan kas daerah kalau sekarang tidak bisa. Paling yang bisa
sekarang ini dari deposito dulu. Karena deposito ini perjanjiannya setiap per
satu bulan," katanya.
Komisaris PT BGD Asmudji
menambahkan, penyediaan mesin ATM nanti akan dipenuhi pada 2017. Saat ini,
lanjutnya, Bank Banten memiliki 160 cabang se-Indonesia, namun untuk di Banten
sendiri baru ada 8 cabang.
"Fokus kita
membangun mesin ATM di delapan kabupaten/kota di Banten dulu. Itu syarat
mutlak. Sekarang kan ATM ini tidak harus punya sendiri, bisa ATM bersama. Jadi
itu juga menjadi program.
Bank Banten harus besar
di Banten dulu, setelah itu baru ke daerah lain," katanya.
Seperti diketahui,
Pemprov Banten akan menguasai saham Bank Banten hasil dari akuisisi Bank Pundi.
Pemprov menarget dapat membeli 51 persen saham dari PT Recapital Securities
selaku pemegang sebelumnya, pada akhir 2016 ini.
Direktur Banten Global
Development (BGD) Franklin Paul Nelwan menjelaskan, setelah fit and proper test
selesai, dilakukan right issue atau penawaran umum terbatas untuk dikonvert
menjadi saham. "Nah, itu nanti (saham pemprov-red) akan mencapai 35 persen
pada tahap awal. Kemudian di Oktober nanti, ketika uang penyertaan modal Rp 300
miliar turun (cair), saham kita jadi 51 persen. Dengan saham segitu pemprov
sudah jadi pemegang saham pengendali dan mayoritas," kata Franklin.
Menurut Franklin, pada
Februari 2017 nanti pemprov akan menambah lagi kepemilikan saham Bank Banten
menjadi 68 persen. Sisa saham yang ada, lanjutnya, dimiliki PT Recapital
Securities dan masyarakat yang membeli di pasar modal. "Kita 35 persen
juga sudah jadi pengendali, hanya belum mayoritas. Dengan 68 persen, maka
menjadi pengendali dan mayoritas," katanya.
Saham 68 persen tersebut
dibeli dengan nilai sekitar Rp 800 miliar. Saat ini, kata dia, nilai saham Bank
Banten per lembarnya mengalami peningkatan drastis. "Saham 68 persen itu
nominalnya Rp 800 miliaran. Ini (Bank Banten-red) bagus, karena kita beli saham
hanya dengan nilai Rp 18,35 per lembarnya, sekarang silahkan cek di pasar modal
itu sudah Rp 130 per lembarnya," jelasnya.
0 komentar:
Post a Comment