![]() |
Ilustrasi |
CILEGON, (KB).- Provinsi
Banten dinilai membutuhkan sosok atau tokoh baru, untuk meningkatkan
pembangunan dan kemajuannya. Hal tersebut diungkapkan salah seorang pendiri
Banten M. Irsjad Djuwaeli, dalam acara Pra-Kongres Rakyat Banten di Grand
Mangku Putera, Kota Cilegon, Rabu (27/7/2016).
Diketahui, dalam kegiatan
Pra-Kongres Rakyat Banten tersebut dihadiri sejumlah tokoh pendiri Banten, akademisi,
hingga tokoh masyarakat. Di antaranya, M.Irsjad Djuwaeli, Tubagus Edi Mulyadi,
Imat Tihami, Ahmad Sihabudin, Rusli Ridwan, serta Fauzul Iman. Nantinya, hasil
dari Pra-Kongres tersebut akan merumuskan sejumlah masalah yang ada di Banten,
untuk disampaikan ke calon Gubernur Banten pada 10 Agustus mendatang.
Irsjad mengatakan, dalam
Pilgub 2017 mendatang Banten tidak boleh memilih pemimpin yang gagal. Bahkan
menurut dia, tokoh-tokoh yang bertebaran di jalan merupakan orang yang sudah
pernah menjabat sebelumnya.
“Yang di
jalan-jalan itu apa lah, sudah pernah menjabat menjadi bupati, sebagai apa.
Kualitas kita sudah pernah tahu lah. Jadi gubernur lagi, ya sama saja nanti.
Cari yang muda-muda, yang segar, yang profesional, mumpuni dan harus berani di
Banten itu. Ngurus APBD saja anggaran tidak habis, gimana? Itu kriteria tidak
berhasil,” ujarnya seusai memberikan
masukkan dan kritikkan dalam acara KRB.
Menurut dia, ujian suatu
pemerintah daerah baik bupati maupun gubernur, APBD harus terserap penuh. Jika
ternyata tidak terserap, hal itu menandakan tidak adanya pembangunan suatu
daerah.
“APBD itu harus
terserap penuh. Jika tidak terserap berarti di situ tidak ada pembangunan,
gagal dia. Butuh sosok baru, harus. Jika saya lihat sebagai pendiri Banten,
lihatnya tidak ada perubahan (Banten). Cuma memang kelebihan Banten itu,
walaupun gubernur tidak kerja, pembangunan tetap jalan. Karena yang bangun
bukan kita (Banten), pemerintah pusat, investor,” katanya.
Irsyad menyebutkan,
kriteria pertama seorang pemimpin yang berhasil yakni melihat dari penyerapan
anggarannya. Jika penuh sesuai dengan peruntukkannya menandakan adanya
pembangunan. Sebaliknya, jika penyerapan tidak ada atau tidak habis, atau
banyak yang tersisa, berarti banyak pembangunan yang tidak berjalan.
“Selama 16
tahun ini tidak ada, mana ada anggaran yang habis, disclaimer bisa. Salah satu
indikatornya menyerap anggaran, jika sudah bisa menyerap anggarannya berarti
pembangunan ada, baru setelah itu bicara kualitas pembangunan. Jika kualitasnya
hanya 6 bulan rusak, ya itu maling namanya,” ucapnya.
Pendiri Banten lainnya,
HM Tihami mengatakan, masyarakat Banten harus melakukan perubahan paradigma
yang dulu atau bahkan sampai saat ini pun masih ada. Menurut dia, pemimpin
Banten harus sesuai dengan kriteria yang diharapkan oleh masyarakat, seperti
yang dirumuskan dalam KRB tersebut.
“Kita harus
lakukan perubahan paradigma dulu, mungkin sekarang juga ada. Harus sibuk
bermusyawarah menentukan siapa calon gubernur pada periode kebangkitan Banten
2017. Harus begini, harus begitu, setelah terkumpul kriterianya, nanti
disampaikan ke mereka,” tuturnya.
Senada diungkapkan
pendiri Banten lainnya, Tubagus Edi Mulyadi. Mantan Ketua DPRD Kabupaten Serang
itu mengatakan, Banten membutuhkan sosok pemimpin yang berani. Selama ini sosok
pemimpin Banten tidak cukup banyak memberikan kontribusi yang berarti bagi
kemajuan Banten.
“Sosok pemimpin
Banten harus tahu persoalan dan masalah yang terjadi di tengah masyarakat dan
dapat terselesaikan tanpa berjalan sendiri. Lebih kepada masalah kelemahan
kepemimpinan, karena itu ada muncul apatisme dari masyarakat juga. Pemimpin
yang sekarang ini kurang keterbukaanlah, kurang komunikasi dengan masyarakat,
terutama tokoh-tokoh. Seharusnya jika menemukan persoalan, diajak bicara lah,” tuturnya.
0 komentar:
Post a Comment